Dikatakannya, bayi yang berusia 48 jam saja akan langsung memperlihatkan reaksi wajah ceria dan sikap yang lebih tenang. Penulis pun mempunyai seorang keponakan yang lahir tahun 2002. Entah ada kaitan dengan dengan argumentasi di atas, yang jelas sebelum umurnya satu tahun, ia sering baru bisa tidur bila di sampingnya diperdengarkan suara orang mengaji melalui tape recorder.
Seperti
diketahui, dengan mendengarkan musik, detak jantung bayi menjadi teratur. Malah
untuk orang dewasa akan menimbulkan rasa cinta. Hanya arahnya tidak tentu.
Sedangkan Al-Qur’an, selain itu, sekaligus menimbulkan rasa cinta kepada Tuhan
Maha Pencipta. Jadi, bila bacaan Al-Qur’an diperdengarkan kepada bayi, akan
merupakan bekal bagi masa depannya sebagai Muslim, dunia maupun akhirat.
Dalam
musik terkandung komposisi not balok secara kompleks dan harmonis, yang secara
psikologis merupakan jembatan otak kiri dan otak kanan, yang output-nya berupa
peningkatan daya tangkap/konsentrasi. Ternyata Al-Qur’an pun demikian, malah
lebih baik. Ketika diperdengarkan dengan tepat dan benar, dalam artian sesuai
tajwid dan makhraj, Al-Qur’an mampu merangsang syaraf-syaraf otak pada anak.
Ingat, neoron pada otak bayi yang baru lahir itu umumnya bak “disket kosong siap pakai”. Berarti, siap dianyam menjadi jalinan akal melalui masukan berbagai fenomena dari kehidupannya. Pada gilirannya terciptalah sirkuit dengan wawasan tertentu. Istilah populernya apalagi kalau bukan “intelektual”. Sedangkan anyaman tersebut akan sernakin mudah terbentuk pada waktu dini. Neoron yang telah teranyam di antaranya untuk mengatur faktor yang menunjang kehidupan dasar seperti detak jantung dan bernapas. Sementara neoron lain menanti untuk dianyam, sehingga bisa membantu anak menerjemahkan dan bereaksi terhadap dunia luar.
Selama
dua tahun pertama anak mengalami ledakan terbesar dalam hal perkembangan otak
dan hubungan antar sel (koneksi). Lalu setahun kemudian otak mempunyai lebih
dari 300 trilyun koneksi, suatu kondisi yang susah terjadi pada usia dewasa,
terlebih usia lanjut. Makanya para pakar perkembangan anak menyebut usia balita
sebagai golden age bagi perkembangan inteligensia anak. Memang bila orangtua
tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan jalan membantu dari belakang, maka
tetap tidak akan mempengaruhi kemampuan otak anak dalam menganyam neoron,
karena kesempatan untuk memperkuat koneksi otak terbuka luas selama masa
anak-anak. Tetapi tentu akan semakin baik bila orangtua pun ikut aktif
membantu.
Otak
telah tumbuh jauh sebelum bayi lahir. la telah mulai bekerja yang hasilnya
merupakan benih penginderaan berdasarkan prioritas. Umumnya pendengaran lebih
dulu. Jadi, selama masa itu penting sekali untuk selalu menghadirkan lingkungan
kondusif dan baik bagi perkembangan otaknya. Hilangnya lingkungan ini hanya
akan membuat otak menderita dan menganggur yang gilirannya mempengaruhi tingkat
kecerdasannya.
Dalam kaitan upaya meningkatkan pribadi Muslim, seyogyanya bayi sudah diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sejak dalam rahim. Jadi, bila ada anjuran kepada ibu-ibu hamil untuk rajin membaca Al-Qur’an menjelang bersalin, itu ada dasar ilmiahnya juga. Makin baik dan benar bacaan itu, termasuk lagunya, makin baik hasilnya. Tujuannya tentu saja bukan mengajak bayi memahami substansi atau makna kandungan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi memperkuat daya tangkap/konsentrasi otak bayi. Sehingga akan semakin mudahlah ia menghafal ayat-ayat Al-Qur’an beserta terjemahannya ketika sudah memasuki masa belajar.
2. Riyadh (vioa-Islam) – Hasil Penelitian Ilmiah di Universitas al-Imam Muhammad bin Sa’ud al-Islamiyyah membuktikan ketika kadar hafalan al-Qur’an siswa meningkat maka akan meningkat pula kesehatan jiwanya. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. DR. Shalih bin Ibrahim, professor ilmu Kesehatan Jiwa, terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama, para mahasiswa-mahasiswi Universitas Malik abdul Aziz di Jeddah. Jumlah mereka 170 orang. Kelompok kedua, Para mahasiswa-mahasiswi Ma’had al-Imam asy-Syatibi li ad-Dirasah al-Qur’aniyyah, filial Universitas al-Khairiyah Litahfidzil Qur’an al Karim di Jeddah. Jumlah mereka sama, yaitu 170 orang.
“sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” HR. Bukhari
Para mahasiswa yang memiliki hafalan yang bagus memiliki kesehatan jiwa yang jauh lebih tinggi. Ada 70 penelitian umum dan Islam, seluruhnya menguatkan pentingnya dien untuk meningkatkan kesehatan dan ketentraman jiwa. Sebuah penelitian di di Saudi juga menunjukkan peran al-Qur’an dalam meningkatkan kecerdasan bagi anak-anak sekolah dasar dan Pengaruh positif hafalan al Qur’an bagi kesuksesan akademik para mahasiswa.
Penelitian
ini sebagai bukti nyata adanya hubungan antara beragama dengan berbagai
fenomena hidup. Di antaranya yang paling urgen adalah menghafal al-Qur’an.
Siswa yang memiliki hafalan al-Qur’an memiliki kesehatan jiwa yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa-siswa yang tidak beragama dengan baik, atau tidak
menghafalkan al-Qur’an sedikitpun atau hafalan mereka hanya surat-surat dan
ayat-ayat pendek. Penelitian tersebut berpesan agar menghafalkan al-Qur’an
dengan sempurna bagi para siswa-siswi di tingkat universitas, untuk
menghasilkan nilai positiv bagi kehidupan dan akademik mereka. Mendorong mereka
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dan hal itu merupakan
sarana terpenting untuk memperoleh kesehatan jiwa yang tinggi.
Penelitian itu juga menasihatkan kepada para guru agar meningkatkan standar hafalan bagi murid-murid mereka, walau dijadikan sebagai kegiatan ekstra kurikuler, karena memiliki manfaat dan pengaruh yang bagus untuk kesuksesan belajar dan kesehatan jiwa mereka
3. Dr. Ahmad Al-Qadhiy (United States of America)
Penelitian
dan pengukuran ini dilakukan terhadap sejumlah kelompok manusia:
1.
Muslimin yang bisa berbahasa Arab.
2.
Muslimin yang tidak bisa berbahasa Arab
3.
Non-Islam yang tidak bisa berbahasa Arab.
Pada semua kelompok responden tersebut dibacakan sepotong ayat Al-Qur’an dalam bahasa Arab dan kemudian dibacakan terjemahnya dalam bahasa Inggris. Dan pada setiap kelompok ini diperoleh data adanya dampak yang bisa ditunjukkan tentang Al-Qur’an, yaitu 97% percobaan berhasil menemukan perubahan dampak tersebut. Dan dampak ini terlihat pada perubahan fisiologis yang ditunjukkan oleh menurunnya kadar tekanan pada syaraf secara sprontanitas. Dan penjelasan hasil penelitian ini aku presentasikan pada sebuah muktamar tahunan ke-17 di Univ. Kedokteran Islam di Amerika bagian utara yang diadakan di kota Sant Louis Wilayah Mizore, Agustus 1984.
Dan benar-benar terlihat pada penelitian permulaan bahwa dampak Al-Qur’an yang kentara pada penurunan tekanan syaraf mungkin bisa dikorelasikan kepada para pekerja: Pekerja pertama adalah suara beberapa ayat Al-Qur’an dalam Bahasa Arab. Hal ini bila pendengarnya adalah orang yang bisa memahami Bahasa Arab atau tidak memahaminya, dan juga kepada siapapun (random). Adapun pekerja kedua adalah makna sepenggal Ayat Al-Qur’an yang sudah dibacakan sebelumnya, sampai walaupun penggalan singkat makna ayat tersebut tanpa sebelumnya mendengarkan bacaan Al-Qur’an dalam Bahasa Arabnya.
Adapun
Tahapan kedua adalah penelitian kami pada pengulangan kata “Akbar” untuk
membandingkan apakah terdapat dampak Al-Qur’an terhadap perubahan-perubahan
fisiologis akibat bacaan Al-Qur’an, dan bukan karena hal-hal lain selain
Al-Qur’an semisal suara atau lirik bacaan Al-Qur’an atau karena pengetahun
responden bahwasannya yang diperdengarkan kepadanya adalah bagian dari kitab
suci atau pun yang lainnya.
Dan
tujuan penelitian komparasional ini adalah untuk membuktikan asumsi yang
menyatakan bahwa “Kata-kata dalam Al-Qur’an itu sendiri memiliki pengaruh
fisiologis hanya bila didengar oleh orang yang memahami Al-Qur’an . Dan
penelitian ini semakin menambah jelas dan rincinya hasil penelitian tersebut.
Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah perangkat studi dan evaluasi terhadap tekanan syaraf yang ditambah dengan komputer jenis Medax 2002 (Medical Data Exuizin) yang ditemukan dan dikembangkan oleh Pusat Studi Kesehatan Univ. Boston dan Perusahaan Dafikon di Boston. Perangkat ini mengevaluasi respon-respon perbuatan yang menunjukkan adanya ketegangan melalui salah satu dari dua hal: (i) Perubahan gerak nafas secara langsung melalui komputer, dan (ii) Pengawasan melalui alat evaluasi perubahan-perubahan fisiologis pada tubuh. Perangkat ini sangat lengkap dan menambah semakin menguatkan hasil validitas hasil evaluasi.
Subsekuen:
1.
Program komputer yang mengandung pengaturan pernafasan dan monitoring perubahan
fisiologis dan printer.
2.
Komputer Apple 2, yaitu dengan dua floppy disk, layar monitor dan printer.
3.
Perangkat monitoring elektronik yang terdiri atas 4 chanel: 2 canel untuk
mengevaluasi elektrisitas listrik dalam otot yang diterjemahkan ke dalam
respon-respon gerak syaraf otot; satu chanel untuk memonitor arus balik listrik
yang ke kulit; dan satu chanel untuk memonitor besarnya peredaran darah dalam
kulit dan banyaknya detak jantung dan suhu badan.
Berdasarkan elektrisitas listrik dalam otot-otot, maka ia semakin bertambah yang menyebabkan bertambahnya cengkeraman otot. Dan untuk memonitor perubahan-perubahan ini menggunakan kabel listrik yang dipasang di salah satu ujung jari tangan. Adapun monitoring volume darah yang mengalir pada kulit sekaligus memonitor suhu badan, maka hal itu ditunjukkan dengan melebar atau mengecilnya pori-pori kulit.
Untuk
hal ini, menggunakan kabel listrik yang menyambung di sekitar salah satu jari
tangan. Dan tanda perubahan-perubahan volume darah yang mengalir pada kulit
terlihat jelas pada layar monitoryang menunjukkan adanya penambahan cepat pada
jantung. Dan bersamaan dengan pertambahan ketegangan, pori-pori mengecil, maka
mengecil pulalah darah yag mengalir pada kulit, dan suhu badan, dan detak
jantung.
Metode dan Keadaan yang digunakan:
Percobaan
dilakukan selama 210 kali kepada 5 responden: 3 laki-laki dan 2 perempuan yang
berusia antara 40 tahun dan 17 tahun, dan usia pertengahan 22 tahun. Dan setiap
responden tersebut adalah non-muslim dan tidak memahami bahasa Arab. Dan percobaan
ini sudah dilakukan selama 42 kesempatan, dimana setiap kesempatannya selama 5
kali, sehingga jumlah keseluruhannya 210 percobaan. Dan dibacakan kepada
responden kalimat Al-Qur’an dalam bahasa Arab selama 85 kali, dan 85 kali juga
berupa kalimat berbahasa Arab bukan Al-Qur’an. Dan sungguh adanya kejutan/shock
pada bacaan-bacaan ini: Bacaan berbahasa Arab (bukan Al-Qur’an) disejajarkan
dengan bacaan Al-Qur’an dalam lirik membacanya, melafadzkannya di depan
telingga, dan responden tidak mendengar satu ayat Al-Qur’an selama 40 uji-coba.
Dan selama diam tersebut, responden ditempatkan dengan posisi duduk santai dan
terpejam. Dan posisi seperti ini pulalah yang diterapkan terhadap 170 uji-coba
bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur’an.
Dan
ujicoba menggunakan bacaan berbahasa Arab bukan Al-Qur’an seperti obat yang
tidak manjur dalam bentuk mirip seperti Al-Qur’an, padahal mereka tidak bisa
membedakan mana yang bacaan Al-Qur’an dan mana yang bacaan berbahasa Arab bukan
Al-Qur’an. Dan tujuannya adalah utuk mengetahui apakah bacaan Al-Qur’an bisa
berdampak fisiologis kepada orang yang tidak bisa memahami maknanya. Apabila
dampak ini ada (terlihat), maka berarti benar terbukti dan dampak tidak ada
pada bacaan berbahasa Arab yang dibaca murottal (seperti bacaan Imam Shalat)
pada telinga responden. Adapun percobaan yang belum diperdengarkan satu ayat
Al-Qur’an kepada responden, maka tujuannya adalah untuk mengetahui dampak
fisiologis sebagai akibat dari letak/posisi tubuh yang rileks (dengan duduk
santai dan mata terpejam).
Dan
sungguh telah kelihatan dengan sangat jelas sejak percobaan pertama bahwasannya
posisi duduk dan diam serta tidak mendegarkan satu ayat pun, maka ia tidak
mengalami perubahan ketegangan apapun. Oleh karena itu, percobaan diringkas
pada tahapan terakhir pada penelitian perbandingan terhadap pengaruh bacaan
Al-Qur’an dan bacaan bahasa Arab yang dibaca murottal seperti Al-Qur’an
terhadap tubuh.
Dan
metode pengujiannya adalah dengan melakukan selang-seling bacaan: dibacakan
satu bacaan Al-Qur’an, kemudian bacaan vahasa Arab, kemudian Al-Qur’an dan
seterusnya atau sebaliknya secara terus menerus.
Dan
para responden tahu bahwa bacaan yang didengarnya adalah dua macam: Al-Qur’an
dan bukan Al-Qur’an, akan tetapi mereka tidak mampu membedakan antara keduanya,
mana yang Al-Qur’an dan mana yang bukan. Adapun metode monitoring pada setiap
percobaan penelitian ini, maka hanya mencukupkan dengan satu chanel yaitu
chanel monitoring elektrisitas listrik pada otot-otot, yaitu dengan perangkat
Midax sebagaimana kami sebutkan di atas. Alat ini membantu menyampaikan listrik
yang ada di dahi.
Dan
petunjuk yang sudah dimonitor dan di catat selama percobaan ini mengadung
energi listrik skala pertengahan pada otot dibandingkan dengan kadar fluktuasi
listrik pada waktu selama percobaan. Dan sepanjang otot untuk mengetahui dan
membandingkan persentase energi listrik pada akhir setiap percobaan jika
dibandingkan keadaan pada awal percobaan. Dan semua monitoring sudah dideteksi
dan dicatat di dalam komputer. Dan sebab kami mengutamakan metode ini untuk
memonitor adalah karena perangkat ini bisa meng-output angka-angka secara rinci
yang cocok untuk studi banding, evaluasi dan akuntabel..
Pada
satu ayat percobaan, dan satu kelompok percobaan perbandingan lainnya
mengandung makna adanya hasil yang positif untuk satu jenis cara yang paling
kecil sampai sekecil-kecilnya energi listrik bagi otot. Sebab hal ini merupakan
indikator bagusnya kadar fluktuasi ketegangan syaraf, dibandingkan dengan
berbagai jenis cara yang digunakan responden tersebut ketika duduk.
Hasil Penelitian
Ada
hasil positif 65% percobaan bacaan Al-Qur’an. Dan hal ini menunjukkan bahwa
energi listrik yang ada pada otot lebih banyak turun pada percobaan ini. Hal
ini ditunjukkan dengan dampak ketegangan syaraf yang terbaca pada monitor,
dimana ada dampak hanya 33 % pada responden yang diberi bacaan selain
Al-Qur’an.
Pada sejumlah responden, mungkin akan terjadi hasil yang terulang sama, seperti hasil pengujian terhadap mendengar bacaan Al-Qur’an. Oleh karena itu, dilakukan ujicoba dengan diacak dalam memperdengarkannya (antara Al-Qur’an dan bacaan Arab) sehingga diperoleh data atau kesimpulan yang valid.
Pembahasan Hasil Penelitian dan Kesimpulan
Sungguh
sudah terlihat jelas hasil-hasil awal penelitian tentang dampak Al-Qur’an pada
penelitian terdahulu bahwasanya Al-Qur`an memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap syaraf. dan mungkin bisa dicatat pengaruh ini sebagai satu
hal yang terpisah, sebagaimana pengaruh inipun terlihat pada perubahan energi
listrik pada otot-otot pada organ tubuh. dan perubah-perubahan yang terjadi
pada kulit karena energi listrik, dan perubahan pada peredaran darah, perubahan
detak jantung, voleme darah yang mengalir pada kulit, dan suhu badan.
Dan semua perubahan ini menunjukan bahwasanya ada perubahan pada organ-organ syaraf otak secara langsung dan sekaligus mempengaruhi organ tubuh lainnya. Jadi, ditemukan sejumlah kemungkinan yang tak berujung ( tidak diketahui sebab dan musababnya) terhadap perubahan fisiologis yang mungkin disebabkan oleh bacaan Al-Qur`an yang didengarkannya. Oleh karena itu sudah diketahui oleh umum bahwasanya ketegangan-ketegangan saraf akan berpengaruh kepada dis-fungsi organ tubuh yang dimungkinkan terjadi karena produksi zat kortisol atau zat lainnya ketika merespon gerakan antara saraf otak dan otot. Oleh karena itu pada keadaan ini pengaruh Al-Qur`an terhadap ketegangan saraf akan menyebabkan seluruh badannya akan segar kembali, dimana dengan bagusnya stamina tubuh ini akan menghalau berbagai penyakit atau mengobatinya. Dan hal ini sesuai dengan keadaan penyakit tumor otak atau kanker otak. Juga, hasil uji coba penelitian ini menunjukan bahwa kalimat-kalimat Al-Qur`an itu sendiri memeliki pengaruh fisiologis terhadap ketegangan organ tubuh secara langsung, apalagi apabila disertai dengan mengetahui maknanya. Dan perlu untuk disebutkan disini bahwasanya hasil-hasil penelitian yang disebutkan diatas adalah masih terbatas dan dengan responden yang juga terbatas.
www.tamyizonline.com
No comments:
Post a Comment