La Tahzan..

Tuesday, 27 November 2012

Bercandalah Dengan Benar

 Setiap orang tentu butuh suasana rileks dan santai untuk mengendorkan urat syaraf, menghilangkan rasa pegal dan capek sehabis bekerja. Dari sini diharapkan badan kembali segar, mental stabil, semangat bekerja tumbuh kembali, sehingga produktifitas semakin meningkat. Suasana seperti ini diantaranya bisa dinikmati melalui bercanda atau berkelakar bersama orang lain. Berkelakar atau bercanda itu sedniri sudah menjadi hal lumrah yang dilakukan manusia. Bahkan, kadang sudah menjadi semacam ‘bumbu’ dalam setiap pembicaraan. Namun, adakalanya kita menemui seseorang yang berlebihan dalam bercanda dan tertawa. Tentang hal ini Islam telah mengatur bagaimana sehasrunya bercanda yang baik itu sesuai dengan tuntutan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.



Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah sering mengajak istri dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau untuk mengambil hati serta membuat mereka gembira. Namun canda beliau tidak berlebihan, tetap ada batasnya. Bila tertawa, beliau tidak melampaui batas tetapi hanya tersenyum. Begitu pula dalam bercanda, beliau tidak berkata kecuali yang benar. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam beberapa hadits yang menceritakan seputar bercandanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku belum pernah melihat Rasullullah tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad)

Adapun contoh bercandanya Rasulullah adalah ketika beliau bercanda dengan salah satu dari kedua cucunya yaitu Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Rasulullah pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu. Ia pun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.” (Lihat Silsilah Ahadits Shahihah, no hadits 70)

Pada suatu ketika beliau bercanda dengan seorang sahabat dengan memanggil: “Hai yang mempunyai dua telinga “ (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)

Rasulullah SAW juga pernah bergurau dengan nenek-nenek tua yang datang pada beliau dan berkata, “Doakan aku kepada Allah agar Allah memasukkan aku ke surga.”
Maka Nabi SAW berkata kepadanya, “Wahai Ummu Fulan! Sesungguhnya surga itu tidak dimasuki orang yang sudah tua.” Si wanita tua itu pun menangis tersedu-sedu, karena ia memahami apa adanya.
Kemudian Rasulullah SAW memberi pemahaman, bahwa ketika dia masuk surga, tidak akan masuk surga sebagai orang yang sudah tua, tetapi semua berubah menjadi muda belia dan cantik. Beliau kemudian membaca ayat yang berbunyi; “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.“ (Al-Waaqi’ah : 35-36).

Dari Anas radliyallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, bawalah aku jalan-jalan”. Beliau berkata : “Kami akan membawamu berjalan-jalan menaiki anak unta”. Laki-laki itu pun menukas : “Apa yang bisa kuperbuat dengan anak unta?”. Beliau berkata : “Bukankah setiap unta adalah anak ibunya?”. (HR. Abu Dawud)

Adab Bercanda Sesuai Syariat

1. Meluruskan tujuan, yaitu bercanda untuk menghilangkan kepenatan, rasa bosan dan lesu, serta menyegarkan suasana dengan canda yang dibolehkan. Sehingga kita bisa memperoleh semangat baru dalam melakukan hal-hal yang bermanfaat.

2. Tidak melewati batas. Sebagian orang sering berlebihan dalam bercanda hingga melanggar norma-norma. Terlalu banyak bercanda akan menjatuhkan wibawa seseorang.

3. Janganlah bercanda jangan mengandung asma Allah, ayat-ayat-Nya, sunnah rasul-Nya apalagi dengan maksud melecehkan Syariat Islam. Allah berfirman tentang orang-orang yang memperolok-olok sahabat Nabi dan ahli baca al-Qur’an yang artinya: “dan jangan kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), tentulah mereka menjawab,”sesungguh nya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” katakanlah,” apakah dengan Allah, ayat0ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At- taubah 65-66)

4. Janganlah mengandung dusta maupun mengada-ada. Rasulullah SAW bersabda: “Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dangannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah.” (HR.Ahmad dan dinilai hasan oleh Al-albani)

5. Tidak bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Terkadang ada orang yang bercanda dengan seseorang yang tidak suka bercanda, atau tidak suka dengan canda orang tersebut. Hal itu akan menimbulkan akibat buruk. Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita hendak bercanda.

6. Tidak bercanda dalam perkara-perkara yang serius. Seperti dalam majelis penguasa, majelis ilmu, majelis hakim (pengadilan-ed), ketika memberikan persaksian dan lain sebagainya.

7. Hindari bercanda yang dilarang Allah Azza Wa Jalla. Seperti menakut-nakuti orang lain, berdusta saat bercanda, melecehkan orang lain, dan memfitnah dengan bercanda.

8. Hindari bercanda dengan aksi atau kata-kata yang buruk. Allah telah berfirman, yang artinya, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’: 53)

9. Tidak banyak tertawa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)

Demikianlah mengenai batasan-batasan dalam bercanda yang diperbolehkan dalam syariat. Semoga setiap kata, perbuatan, tingkah laku dan akhlak kita mendapatkan ridlo dari Allah, pun dalam masalah bercanda.*

Sumber : www.hidayatullah.com

No comments:

Post a Comment